12.PEGERTIAN DELEGASI DAN KEKUASAAN
By Rusli
Jacub
1.Pengertian
Delegasi
Salasatu
demensi pengelolaan yang penting adalah
delegasi (Delegation) secara singkat dapat dikatakan bahwa delegasi adalah
pemberian sebagaian tanggung jawab dan kewibawaan kepada orang lain (Charles J.
Keating : hal. 1991). Lebih lanjut lagi Taiylor, (1993 : 68) Mengatakan bahwa
pendelegasian adalah suatu proses untuk mengembangkan pegawai pegawai anda. P. Jenks (1991: 45) Dalam bukunya Delegas
kunci management menyatakan bahwa
Menjadi seorang delegator yang baik adalah merupakan suatu proses
belajar maupun sebagai suatu cara untuk memperoleh hasil yang spesifik.
Jadi dengan
mengadakan delegasi itu kita mengakui bahwa kita membutuhkan bantuan orang lain dalam mengemban tanggung
jawab kita, mengajak orang lain untuk ikut serta dalam kerja kita dan memberikan kepadanya
bagian dari tugas tugas kita, kita memberikan kepadanya kekuasaan untuk melaksanakan tugas itu. Kita
menciptakan tanggung jawab pada orang
yang kita beri delegasi itu dalam
hubungan dengan kita sejajar dengan
pertanggung jawaban kita kepada atasan kita, Bila kita mengadakan delegasi kita
minta kepada orang lain agar ikut serta memikul sebagai tanggung jawab dari
tugas tugas kita. Kita memberi kepada kewibawaan, hak untuk membuat keputusan di bidang yang ada dalam lingkup
tugas yang kita berikan kepadanya.
Defenisi dan
makna delegasi penulis dapat merumuskan bahwa, Delegasi adalah pemberian
otorisasi atau kekuasaan formal dan tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan tertentu
kepada orang lain. Pelimpahan otoritas oleh atasan kepada bawahan diperlukan
agar organisasi dapat berfungsi secara efisien karena tak ada atasan yang dapat
mengawasi secara efisien karena tak ada atasan yang dapat mengawasi secara
pribadi setiap tugas-tugas organisasi. Menurut taylor tujuan dari pendelegasian
suatu tugas tidaklah meguji bawahan inilah bukan pertanyaan ”kerjakan atau
mati” delegasi meskipun demikian memberikan petunjuk atas kekuatan dan kelemahan dari orang yang
diberi delegasi.
CARA
MENJALANKAN DELEGASI
Dalam menjalankan delegasi, kita sebagai pemimpin
kepala sekolah sering ragu ragu dalam menjalankan delegasi, sebab ada hal hal
yang sering kita mendelegasikan pekerjaan itu kepada orang lain mempunyai rasa
takut, ada resiko sebab ada perbedaan
dan jarak antara kita dan orang yang kita serahi delegasi. Tetapi rasa
takut itu tidak perlu menindakan pentingnya delegasi. Ada unsuur unsur yang
menyangkut dengan delegasi
apa yang
diberi didelegasikan
saling
terbuka antara diberi delegasi dan menerima delegasi
transparansi
tentang delegasi
ada harapan
yang diserahi delegasi
kekuasaan
yang di serahi sepenunya
pengawasan
yang wajar
orang yang
di serahi delegasi
TUGAS YANG
PERLU DI DELEGASIKAN
Taiylor,
(1993 : 55-66) mengatakan Sepertinya sanagat meringankan beban kerja dan di
beri tugas kepada bawahan mana secara potensial dapat didelegasikan kepada bawahan mana secara potensial dapat
didelegasikan kepada bawahan dan mana
yang tidak :
manfaat yang
didelegasikan masing-masing tugas yang termasuk dalam ketagori tugas ini perlu
di perimbangkan
pekerjaan
rutin
pekerjaan
yang merupakan harus
pekerjaan
yang terlalu banyak
hal-hal yang
khusus
pekerjaan
terus menerus sama
proyek-proyek
yang menyenangkan
TIDAK BOLEH
DI DELEGASIKAN
Upacara
Menentukan
kebijakan
Masalah-masalah
perssonalia yang khusus
Krisis
Masalah-masalah
rahasia
BERBAGI
KEKUASAAN DAN MEMBERI WEWENANG
Delegasi
berarti bahwa pemberian wewenang dan delegasi merupakan konsep yang paling utama. Sehingga dapat membentuk staf/atau
guru guru /bawahan dalam organisasi (sekolah) untuk dapat meningkatkan kinerja.
Hal ini kepala sekolah telah berbagi wewenang dengan bawahan dengan cara
memberikan kesempatan untuk membuat.
Dalam
pelimpahan ini juga sebagai motivasi yang ingin maju, untuk menambah keahlian,
memperluas pengalam kerja dan ingin di beri tanggung jawab lebih oleh atasanya
Delegasi
sebagai bentuk penegembangan kerja yang informal dapat membantu, mengontrol
ambisi yang berlebihan. Teori motivasional mengagap delegasi sebagai alat
motivasi yang bagus sekali karena delegasi :
membantu
untuk memeuaskan ego kebutuhan akan penghargaan (Abraham Maslow).
memberikan
karyawan kesempatan untuk berkembang dalam pekerjaan yang mereka lakukan
sekarang (Feredik Herzberg)
merupakan
wujud kepercayaan dan percaya diri, yang merupakan inti dari manejer Teori Y
(Douglas McGregor)
PILIH ORANG
YANG TEPAT
Sperti kita
ketahui bahwa, delegasi lebih dari sekedar memberikan orang untuk mengerjakan
sesuatu. Dengan mengikuti cara pemlihan orang yang tepat dan teratur dan bijak,
memilih bawahan dengan keahlian yang paling cocok dengan pekerjaanya, atau
memilih staf atau karyawan yang sekiranya akan mendapatkan pengalaman yang
berguna dari pekerjaan yang didelegasikan.
Untuk suatu
pekerjaan yang berbobot pastikan bahwa anda mnunjukan betapa pentingnya
pekerjaan tersebut bagi organisasi. Departemen, sekolah atau instansi jangan
beranggapan bahwa anda akan secara otomatis memahami atau menghargai impas
jangka panjang dari pekerjaan tersebut. Hal tersebut banyak memberikan
konstribusi tersembunyi seperti :
meningkatkan
keahlian karyawan
melengkapi
kemampuan tim
menunjukan
sala satu area yang di targetkan untuk mengembangkan untuk rencana pengembangan
karer
bantulah
kariawan atau staf memperoleh pengalaman sehingga siap menghadapi masaalah saat
terjadi persoalan dalam pekerjaan.
Ada 4 hal
yang harus diperhatikan dalam proses delegasi kekuasaan sehingga dapat berjalan
efektif keempat hal tersebut adalah :
Dalam
pemberian suatu delegasi kekuasaan atau tugas harus lah dibarengi dengan
pemberian tanggung jawab.
Kekuasaan
yang didelegasikan harus pada orang yang tepat baik dari segi kualifikasi
maupun segi fisik.
Mendelegasikan
kekuasaan pada seseorang juga harus dibarengi dengan pemberian motivasi.
Pimpinan
yang mendelegasikan kekuasaannya harus membimbing dan mengawasi orang yang
menerima delegasi tersebut.
Dengan
demikian pendelegasian kekuasaan mempunyai manfaat ganda diantaranya adalah:
Pimpinan
dapat lebih fokus pada tujuan dan pekerjaan pokoknya.
Putusan
dapat dibuat dengan lebih cepat dan pada unit yang tepat.
Inisiatiif
dan rasa tanggung jawab bawahan dapat dimotivasi.
Mendidik dan
mengembangkan bawahan sehigga mampu diberi beban tugas yang lebih besar dan
berat lagi nantinya.
DELEGASI
KEKUASAAN
Manajemen
oleh delegasi kekuasaan dengan mendelegasikan pengelolaan transfer ke orang
lain, pada tingkat lebih rendah kewenangan manajemen formal dan tanggung jawab
untuk melaksanakan tugas tertentu., tugas dan tanggung jawab rutin dan
operasional tetapi tidak tugas strategis.
Kekuasaan
atau power berarti suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang atau merubah orang
atau situasi
KEKUASAAN
Kekuasaan
dan keagungan berada diantara kesenangan setiap orang (Russel, 1938), dimana
semua kesenangan dapat berada diatas segalanya hanya melalui kekuasaan
(Nietzelsche,.1929). karena kekuasaan orang menjadi koruptor, dimana kewenangan
dapat menjadikan orang leluasa membuat penyimpangan (Sennet, 1980), serta
dengan kekuasaan orang akan mudah membuat kebobrokan dan kesalahan yang tidak menyenangkan
orang lain pada umumnya (Niebuhr, 1949).
Dengan
kekuasaan membuat orang memiliki wewenang untuk melakukan sesuatu di dalam
kelompok yang mengakui kekuasaan tersebut, baik di dalam kelompok atau
organisasi ssosial dan politik kemasyarakatan serta kelompok usaha bisnis.
Kekuasaan itu memberi seseorang legitimasi untuk bertindak, dengan alasan
pengamanan kepentingan kelomopok, kadang-kadang tidak dapat dibedakan dengan
manajemen modern, definisi kekuasaan ini sudah mulai dipilih secara detail dan
transparan, untuk mengukur hasil sesuatu kekuasaan yang harus dipertanggung
jawabkan kepada pemberi kuasa, apakah kekuasaan dipergunakan sesuai dengan
maksudnya kekuasaan atau tidak. Pertanggung jawaban (accountability) yang
transparan maksudnya adalah supaya pertanggungjawaban pemegang kekuasaan dapat
dilegitimasi oleh khalayak masyarakat dan kelompok yang ada, apakah sudah
sesuai azas manfaat (utilities) dan azas kepentingan public (public walfare).
Pengertiannya bahwa pemegang kekuasan menurut manajemen modern bukan hanya
bertanggung jawab secara material, tetapi juga bertanggung jawab secara moral
etika (ethic).
Berdasarkan
teori organisasi dinyatakan, ada bentuk kekuasaan yang ada didalam suatu bentuk
struktur organisasi, antara lain kekuasaan paksaan (coersive power), kekuasaan
imbalan (reward power), kekuasaan yang legitimet (legitimate power), kekuasaan
yang direkomendasi (reffernce power), dan kekuasaan karena keahlian (expert
power), serta kekuasaan perwakilan (representatife power). Selanjutnya kekuasaan
dapat dilihat berdasarkan jalur hirakhi, seperti kekuasaan atas dan kebawah
(vertical power), serta kesamaping (lateral and diagonal power).
1.Kekuasaan Paksaan (Coersive Power)
Kekuasaan yang dengan paksaan pada dasarnya
merupakan uasaha atasan terhadap
bawahannya untuk melaksanakan usaha menyelesaikan pekerjaan. Mereka akan
dihukum dan dibuat frustasi apabaila tidak meyelesaikan pekerjaanya. Sebagai
contoh, diiliustrasikan
bahwa karayawan suatu perusahaan akan merasa takut dan bersalah apabila terlambat
masuk bekerja, jika ketentuan aturan tentang disiplin kerja menyatakan
demikian, maka setiap karyawanyang dating terlambat tidak akan dibayar uang
makan dan pengganti biaya transpor. Setiap kali dating bekerja, karyawan yang
dating terlambat akan ketakutan apabila melihat bagian personalia beridiri di
depan pencatat absen, dengan demikian, selnjutnya karyawan tersebut akan
berusaha hadir ditempat kerja tepat waktu dan tidak terlambat, akibat paksaan
oleh aturan dan disiplin tersebut. Secara positif kekuasaan paksaan ini dapat
dipergunakan pada kondisi dimana
karyawan
belum memiliki tingkat kognisi yang memadai. Apabila kognisi karyawan semakin
baik peningkatannya, maka efeksi atau perasaan sudah dapat mempertimbangkan
sikap yang akan menjadi gambaran perilakunya, kondisi ini dapat dilakukan
apabila ada program pendidikan dan pelatihan.
2. Kekuasaan
Imbalan (Reward Power)
Kekuasaan
yang terbentuk karena pemberian imbalan merupakan dasar bagi pengikut (bawahan)
yang mempengaruhi kapasitas kerja mereka sesuai dengan besarnya imbalan yang
diterima. Imbalan dapat membuat kepuasaan bawahan untuk beberapa pemenuhan
kebutuhannya. Sebagai contoh, seseorang pekerja digaji sebesar lima ratus ribu
rupiah untuk memproduksi 1000 unit barang, ternyata dapat dilakukan dengan
baik. Kemudian pekerja tersebut dijanjikan tambahan insentif sebesar duaratus
lima puluh ribu rupiah lagi, tetapi harus dapat menambah produksi sebesar 750
unit lagi barang, dan ternyata masih dapat terselesaikan dengan baik. Pada
akhirnya, pekerja dijanjikan tambahan sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah
lagi untuk tambahan produksi barang sebesar 750 unit barang, terakhir ini masih
masih dapat dipenuhinya, tetapi sudah dengan daya yang paling maksimal. Apabila
ditotal dengan imblan sebesar satu juta rupiah dapat memproduksi 2500 unit
barang, sedang apabila hanya dibayar lima ratus ribu rupiah dia hanya dapat
memproduksi 1000 unit barang saja, tetapi belum dalam kondisi kapasitas yang
maksimal.
Dengan
demikian, kekuasaan dengan imbalan dapat mempengaruhi orang untuk mengikuti
perintah atasannya, apabila dapat imbalan meningkat, maka kekuasaan yang
dimiliki atasan kadarnya lebih kuat dan sangat berpengaruh sebagai akibat
dimana peningkatan imblan ini dapat membuat tingkat kepuasan meningkat untuk
sementara. Pengaruh dari kekuasaan berdasrakan paksaan dan pemberian imbalan
memiliki landasan berdasarkan proses yang dipengaruhinya. Maksudnya, bahwa
kekuasaan tersebut dapat terbentuk apabila mempunyai tingkat kebutuhan yang
dapat mempengaruhi tuntutan pekerja, sehingga pengakuan atas kekuasaan karena
paksaan dan imbalan dapat terjadi. Semakin tinggi paksaan yang dilakukan, maka
kuantitas dan kualitas imbalan juga akan semakin besar. Sebaliknya, apabila
unsure paksaan tidak terlalu kuat, biasanya akan diikuti imbalan yang tidak
terlalu menjanjikan. Keadaan seperti ini berlaku untuk setiap keadaan, tetapi
hanya berlaku pada kondisi yang didiuraikan sebelumnya,
3. Kekuasaan
Dilegitimasi (Legitimate Power)
Seorang raja
dipatuhi disebabkan dia adalah raja, dimana dia dapat meyakinkan rakyatnya
bahwa dia dikatakan untuk menjalankan perintah tuhan, seperti Raja Mesir;
karena dia percaya kepada tuhan (Friederich, 1958). Selanjutnya; “ Biarkan
setiap orang menyebutkan dirinya telah mendapat kekuasaan, dan tidak akan
mendapat ekekuatan tanpa penobatan dari Tuhan” (Roma, 13 ayat 1).
Falsafah-falsafah
tersebut diatas menggambarkan bahwa kekuasaan harus direspons oleh pihak
pengikutnya, apabila tidak ada respons dari pengikutnya, maka kekuasaan itu dikatakan
hampa atau tanpa wibawa.
Seorang
prajurit akan merespons posisi komandan karena pangkatnya lebih tinggi. Pada
system tradisional, seorang pengikut akan selalu merespons pimpinannya (Peabdy,
1964). Maksudnya; ditujukan kepada siapapun bahwa pengaruh seseorang adalah
diasosialisasikan sebagai prediksi dari keunggulan yang besar dari penggunaan
kekuasaan yang harus dilegitimasi secara tradisional.
4. Kekuasaan
Referensi
Pengaruh
yang didasari atas rekomendasi dari kepercayaan yang tersembunyi didalam diri
seorang pemimpin besar disebut sebagai “Kharisma” (Weber, 1964). Sebaga contoh,
Napoleon Bonaparte atau Joan of Arc merupakan pemimpin yang kharismatik yang
diakui oleh pengikutnya serta merupakan pemberian tuhan.
Kepemimpinan
terbentuk karena bentuk kepribadian yang ditampilkannya dapat memberi gambaran
pada pengikutnya tentang pemenuhan pengharapan pengikutnya. Penampilan bukan
kenyataan; bahwa kekuasaan pemimpin yang kharismatik adalah hubungan dan
perilaku dengan performa. Kemampuan untuk mencapai sukses, dan dapat mengatasi
kelemahan dan kegagalan yang berkelanjutan adalah bukan mistik, tetapi
merupakan bentuk rekomendasi dari kekuasaan yang sudah mulai memudar
(Mintzberg, 1984). Kharisma dapat membentuk penampilan yang menciptakan
performa bagi seorang pemimpin di dalam mengatasi kegagalan dan kelemahan yang
dimilki.
5. Kekuasaan
Keahlian (Expert Power)
Gambaran
dari para manajer yang berskala internasional adalah dapat membuat strategi
yang istimewa untuk mengatasi pengaruh-pengaruh yang sangat dominan terhadap
setiap permasalahan. Dengan pendekatan pada pengaruh, diikuti dengan respons
yang menyebabkan yang sangat diyakini seorang pemimpin, akan dapat diketahui
apa yang akan dikatakan; seberapa besar penyebab yang mempengaruhi disbanding
kemampuan yang dimiliki untuk mengetahui pengaruh itu (Albanese, 1973).
Kepercayaan
dari pengikut dapat terjadi sebagai akibat dari pengaruh strategi kepemimpinan
untuk menciptakan popularitas, yang kemudian menjelma menjadi kepercayaan yang
sangat kuat bagi pengikutnya, serta kemampuannya untuk meyakinkan atasannya
dengan keahlian kepemimpinannya. Seperti dijelaskan pada
gambar 46
pada halaman berikutnya. Keahlian manajer memposisikan diri dapat dilihat dari
dua sisi, yaitu ketika dia dipengaruhi atasannya sendiri (top manajemen), dan
ketika dia mempengaruhi bawahannya. Ketika manajer dipengaruhi atasannya
langsung maka : pertama; apabila dia dapat bergabung dengan konsep atasannya
tersebut, antara lain mengikuti terus kemauan atasannya, dia akan menjadi
sangat popular dihadapan
atasannya
itu. Kedua; apabila manajer hanya bersikap ramah, tetapi tidak secara penuh
merespons konsep atasannya, dia masih popular, tetapi kepopulerannya tidak
sekuat kondisi pertama tadi. Ketiga; apabila manajer mulai mengadakan posisi
tawar menawar dengan atasannya, dia mulai tidak popular lagi dihadapan
atasannya. Keempat; apabila sikap manajer mulai tegas dengan pendiriannya,
untuk menilai konsep atasannya, maka dia semakin tidak popular lagi dihadapan
atasannya. Terakhir; manajer bertindak dengan kewenangan penuh sesuai uraian
tugas dan tanggung jawabnya (job describition), didalam menilai konsep
atasannya, maka sikap dan penilaian atasannya terhadap manajer tersebut sudah
benar-benar tidak popular lagi, disebabkan kemungkinan akan banyak perintah
atasan yang tidak harus dilakukan apabila manajer menilaikan berdasarkan
tugasnya.
a. Keahlian
Menganalisis Risiko
Pada umumnya
pasien (orang sakit) akan lebih yakin dan percaya apabila berobat ke dokter
yang telah berpengalaman (specialist), yang telah meiliki rekor penyembuhan
orang sakit, dibandingkan kepada dokter yang baru yang belum banyak pengalaman.
Demikian juga pengikut (bawahan), akan lebih mengakui pimpinannya apabila
pimpinan itu telah banyak pengalaman dan mampu untuk menganalisis serta
memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi, umpamanya memperkecil risiko
kecelakaan kerja serta memperkecil kerugian materi bagi bawahannya.
b.
Meyakinkan Pengikut (Bawahan)
Pemimpin
yang mampu meyakinkan pengikutnya (bawahan) secara rasional akan dapat
menjelaskan bagaimana kativitas harus dilakukan dengan suatu performa yang
minimal harus dimilki. Pengikut akan mematuhi atasannya apabila pengikut diberi
pengertian serta alas an mengapa di dalam pelaksanaan sesuatu tugas dibutuhkan
suatu kesepakatan didalam menentukan sasaran dan tujuan dari kelompoknya.
1.
Kekuasaan Perwakilan (Representative Power)
Kekuasaan perwakilan
(representative power) merupakan kekuasaan yang diperoleh karena pemegang
kekuasaan tersebut dipercaya kelompok sebagai delegasi untuk menyelesaikan
tuntutan dan harapan pengikutnya. Pendelegasian kekuasaan kepada pimpinan
dimungkinkan sepanjang bawahan mengetahui batas kemampuan pimpinan yang
dilegitimasi tersebut. Sebaliknya, apabila bawahan sudah mengetahui kemampuan
dari pimpinan itu tidak layak untuk menerima delegasi kekuasaan, maka kelompok
atau pengikut akan menarik kepercayaannya dan tidak lagi mengakui kekuasaan
pemimpin itu.
Perkembangan Kehidupan
Ekonomi Keuangan, Politik, Pemerintahan Awal Kemerdekaan
Konferensi Meja Bundar
(KMB) dan Lanjutan Konflik Indonesia-Belanda
Peristiwa - peristiwa
sekitar Konferensi Meja Bundar (KMB) :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar