08. Pengertian organisasi sekolah
Organisasi secara umum
dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan penempatan
orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan
antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab
masing-masing. Dalam suatu susunan atau struktur organisasi dapat dilihat
bidang, tugas dan fungsi masing-masing kesatuan serta hubungan vertikal
horizontal antara kesatuan-kestuan tersebut.
Dalam penyelenggaraan
pendidikan lembaga pendidikan tidak dapat lepas dari organisasi negara. Untuk
organisasi ini Mulyani A Nurhadi mmbedakan menjadi dua yaitu organisasi makro
dan mikro. Organisasi pendidikan makro adalah organisasi pendidikan dilihat
dari segi organisasi secara luas. Dalam struktur organisasi, organisasi
pendidikan pada tingkat makro dibedakan atas: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan tingkat Pusat, Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kantor Pendidikan Dan Kebudayaan di Kabupaten/Kotamadya dan Kantor Pendidikan
dan Kebudayaan tingkat Kecamatan. Organisasi pendidikan mikro adalah organisasi
pendidikan dilihat dengan titik tolak dengan unit-unit yang ada pada suatu
sekolah atau lembaga pendidikan penyelenggara langsung proses belajar mengajar.
Struktur disetiap sekolah atau lembaga tidak seluruhnya sama. Mungkin disuatu
sekolah terdapat sesuatu unit sekolah yang disekolah lain tidak terdapat karena
disebabkan kekurangan tenaga atau sarana lain.
Organisasi sekolah
adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan pendewasaan
manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan
begitu disana kita bisa belajar bagaimana cara menyikapi diri kita ketika
berhadapan dengan suatu masalah sehingga kita bisa menyelesaikannya. Dengan
pendewasaan maka kita dapat menyikapi masalah kita dengan baik dan kita juga
mampu berinteraksi sebagai mana peran kita didalam suatu lingkungan.
Definisi organisasi sekolah dari para
ahli:
Organization is the form
of every human association for the attainment of comon purpose (James D. Oony)
An organization as a system of cooperative
activities of two or more persons (Chester I. Barnard)
Dari definisi
tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa organisasi adalah sebuah
bentuk atau sistem yang terdiri dari sekelompok manusia yang berkerjasama untuk
mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu sekolah dikatakan sebagai sebuah
organisasi karena sekolah didirikan untuk mencapai tujuan bersama khususnya di
bidang pendidikan.
B. Bentuk-Bentuk
Organisasi Sekolah
Setiap unit kerja
dipimpin oleh seorang kepala/pimpinan yang menduduki posisi menurut tingkat
unit kerjanya di dalam keseluruhan organisasi. Posisi, tanggung jawab dan
wewenang di dalam suatu kelompok formal terikat pada struktur dan dibatasi oleh
peraturan-peraturan yang mendasari pembentukan organisasi kerja tersebut.
Hubungan kerja yang didasari wewenang dan tanggung jawab, baik secara vertikal
maupun horizontal dan diagonal akan menunjukan pola tertentu sebagai mekanisme
kerja. Dengan kata lain pembagian tugas, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
serta arus perwujudan tugas, akan menggambarkan tipe atau bentuk organisasi
kerja. Tipe-tipe organisasi itu antara lain:
1. Organisasi Lini (Line Organization)
1. Organisasi Lini (Line Organization)
Dalam tipe ini semua hak
dan kekuasaan berada pada pimpinan tertinggi. Personal yang lain disebut
bawahan tidak mempunyai hak dan kekuasaan sekecil apa pun karena hanya
berkedudukan sebagai pelaksana tugas dari atasan. Tidak dibenarkan adanya
inisiatif dan kreativitas, semua tugas harus dilaksanakan sebagaimana
diperintahkan. Saluran perintah dan penyampaian tanggung jawab dalam organisasi
tipe ini dilakukan melalui prosedur dari atas ke bawah dan sebaliknya.
2. Organisasi Staf (Staff Organization)
Dalam tipe ini semua
hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang ada secara
bertingkat. Setiap unit memperoleh sebagian hak dalam menentukan kebijakan
sepanjang tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum dari pimpinan tertinggi.
Wewenang dan tanggung jawab dilimpahkan secara luas, sehingga pimpinan
berkedudukan sebagai koordinator. Tanggung jawab disampaikan secara bertingkat
sesuai dengan hak dan kekuasaan yang dilimpahkan.
3. Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization)
3. Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization)
Tipe ini sebagai
gabungan dari kedua tipe di atas, menempatkan pimpinan tertinggi sebagai
pemegang hak dan kekuasaan tertinggi dan terakhir. Tidak semua hak, kekuasaan
dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang ada, tugas yang bersifat
prinsipil tetap berada pada atasan/pimpinan tetinggi. Pimpinan unit kerja
sebagai staf memperoleh wewenang dalam bidang kerja masing-masing sepanjang
tidak berhubungan dengan tugas yang menjadi wewenang atau kekuasaan pimpinan
tertinggi.
4. Organisasi Fungsional (Fungsional
Organization)
Dalam tipe ini pembagian
hak dan kekuasaan dilakukan berdasar fungsi yang diemban oleh unit kerja dan
terbatas pada tugas-tugas yang memerlukan keahlian khusus. Sehingga personal
yang diangkat dan menerima wewenang untuk menjalankan kekuasaan diserahkan pada
orang yang mempunyai keahlian dalam bidang kerja masing-masing. Wewenang yang
dilimpahkan dibatasi mengenai bidang teknis yang memerlukan keahlian tertentu
secara khusus.
C. Stuktur
Organisasi Sekolah
Struktur organisasi
sekolah adalah struktur yang mendasari keputusan para Pembina atau Pendiri
sekolah untuk mengawali suatu proses perencanaan sekolah yang strategis.
Organisasi sekolah juga dapat dikatakan sebagai seperangkat hukum yang
mengatur formasi dan administrasi atau tata laksana organisasi-organisasi
sekolah di Indonesia.
Macam-macam Struktur Organisasi
Struktur Organisasi
pendidikan yang pokok ada dua macam yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Di
antara kedua struktur tersebut terdapat beberapa struktur campuran yakni yang
lebih cenderung ke arah sentralisasi mutlak dan yang lebih mendekati
disentralisasi tetapi beberapa bagian masih diselenggarakan secara sentral.
Pada umumnya, struktur campuran inilah yang berlaku dikebanyakan negara dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi bangsanya.
D. Wewenang dan
tanggung jawab organisasi sekolah
Setelah mengetahui
struktur sekolah seperti apa, maka sebaiknya kita juga harus tahu apa saja
wewenang dan tanggung jawab sekolah. Sebelum itu kita lihat pengertian dari
wewenang dan tanggung jawab itu sendiri.
Wewenang ( Authority )
merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada kegiatan-kegiatan.
Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan
bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu
pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai
hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
agar tujuan dapat tercapai.
T. Hani Handoko membagi wewenang
dalam dua sumber, yaitu teori formal ( pandangan klasik ) dan teori penerimaan.
Wewenang formal merupakan wewenang pemberian atau pelimpahan dari orang lain.
Wewenang ini berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan secara
hukum diturunkan dari tingkat ke tingkat. Berdasarkan teori penerimaan (
acceptance theory of authority ) wewenang timbul hanya bila hal diterima oleh
kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak
tergantung pada penerima ( reciver ).
Chester Bamard mengatakan bahwa
seseorang bersedia menerima komunikasi yang bersifat kewenangan bila memenuhi :
1. Memahami komunikasi tersebut
2. Tidak menyimpang dari tujuan organisasi
3. Mampu secara mental dan phisik untuk
mengikutinya.
Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang
dapat di taati oleh bawahan maka diperlukan adanya:
1. Kekuasaan ( power ) yaitu kemampuan
untuk melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok,
keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Kekuasaan posisi ( position power )
yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini tergantung pada besarnya
pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
b. Kekuasaan pribadi ( personal power )
berasal dari para pengikut dan didasarkan pada seberapa besar para pengikut
mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan.
Tanggung jawab dan
akuntabilitas tanggung jawab (responsibility) yaitu kewajiban untuk melakukan
sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya.
Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab
yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang yang
diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan
diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil.
Pengaruh ( influence ) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk oleh orang lain
untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan orang yang
mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan dan
menghukum, pemilikan informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang
lebih baik.
Setelah melihat
pengertian wewenang dan tanggung jawab di atas, dapat disimpulkan bahwa
wewenang dan tanggung jawab sekolah adalah hak dari organisasi sekolah untuk
memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu di sertai pertanggung jawaban
dari organisasi sekolah dalam mengambil keputusan agar tujuan dapat tercapai.
Berikut ini adalah pembagian wewenang dan
tanggung jawab dalam organisasi sekolah:
E. Pendekatan-pendekatan
organisasi sekolah
a. Peningkatan Mutu Pendidikan
Menurut Mulyani A. Nurhadi ketika
menyampaikan makalahnya pada seminar nasional Peningkatan Kualitas Pendidikan
(2005)dengan mengutip hasil penelitian yang dilakukan David Chapman dan Don
Adam terhadap 19 penelitian oleh Simon dan Alexander terhadap 11 penelitian
diberbagai negara serta Woessman menunjukkan berbagai faktor yang mempengaruhi
mutu hasil pendidikan secara signifikan.
Rangkuman hasil penelitian itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
Komponen Faktor Kunci
1. Guru/tenaga pendidik
- lama mengajar di kelas
- lamanya persiapan mengajar
- pemilihan metode mengajar
- memberikan pekerjaan rumah
- pengalaman
- tingkat pendidikan
2. Buku
- digunakan untuk belajar
- jumlah jam membaca di rumah
- digunakan untuk pekerjaan rumah
- penggunaan lembar kerja
3. Laboratorium
- efektivitas penggunaan laboratorium
4. Manajemen
- kreasi meningkatkan akuntabilitas
- kreasi mengoptimalkan sumber daya
- membagi informasi
- pemberdayaan dan komitmen
- mobilisasi masyarakat
- struktur organisasi yang mendukung
- kepemimpinan sekolah
Melalui hasil penelitian tersebut kita
selayaknya membangun pendidikan untuk mencerdaskan dan memberadapkan bangsa
sesuai arah pembangunan nasional untuk mentransformasikan peradaban Indonesia
agraris menuju peradaban industrial yang canggih, elok, dan unggul.
b. Perencanaan Pembangunan Pendidikan
Menurut Beeby (dalam Jusuf Enoch, 1992),
bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal
menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biya pendidikan dengan mempertimbangkan
kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik untuk
pengembangan potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan
anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
Permasalahan yang dihadapi pendidikan
nasional kita pada umumnya sebagai berikut:
1. Tingkat pendidikan rendah
2. Dinamika struktur penduduk belum
terakomodasi
3. Kesenjangan tingkat pendidikan
4. Fasilitas pendidikan belum memadai
5. Kualitas pendidikan rendah
6. Manajemen belum efektif, efisien, dan
akuntabel
7. Anggaran rendah
Bila demikian halnya permasalahan yang
dihadapi oleh pendidikan, maka kebijakan yang ditempuh dalam merencanakan
pendidikan harus dapat mewujudkan 3 (tiga) program kegiatan yaitu:
1. Perluasan dan pemerataan kesempatan
belajar
2. Peningkatan mutu dan relevansi
3. Governance dan akuntabilitas
F. Pentingnya
Organisasi Sekolah
Organisasi secara umum dapat diartikan
memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan/ penempatan orang-orang
dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara
orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab
masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan
agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan
bersama.
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sesudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat paling atas.
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sesudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat paling atas.
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Demikian juga terlihat apakah di suatu
sekolah dibentuk satuan tugas (unit kerja) tertentu seperti bagian UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah), bagian perpustakaan, bagian kepramukaan, dan lain-lain
sehingga keadaan ini tentunya akan memperlancar jalannya "roda"
pendidikan di sekolah tersebut.
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab. Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di dalam memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh dilupakan.
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab. Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di dalam memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh dilupakan.
G. Faktor-faktor
yang Perlu Dipertimbangkan dalam Menyusun Organisasi Sekolah
a.
Tingkat Sekolah
Berdasarkan tingkatnya
sekolah yang ada di Indonesia dapat dibedakan atas :
Sekolah Dasar (SD)
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
Perguruan Tinggi
Keadaan fisik dan perkembangan jiwa anak
jelas berbeda antara anak tingkat yang satu dengan tingka berikutnya. Contohnya
: di sekolah dasar biasanya tidak ada seksi bimbingan penyuluhan (Guidance and
Conseling) sebab masalah ini merupakan tugas rangkapan dari kepala sekolah, dan
hingga saat ini yang memegang adalah pemerintah dan Departemen P dan K tidak
atau belum mengangkat seorang pembimbing khusus bagi sekolah dasar.
Lain halnya dengan sekolah lanjutan, biasanya tersedia satu orang tenaga konselor atau pembimbing dengan tugas pokoknya sebagai pembimbing. Karena itu biasanya di sekolah lanjutan dalan struktur organisasinya kita dapati seksi GC (Guidance and Conseling/ seksi bimbingan penyuluhan). Masih banyak bidang-bidang lain yang ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi tidak demikian pada sekolah dasar, misalnya masalah Organisasi Intara Sekolah (OSIS), penggarapan majalah dinding, pengelolaan perpustakaan sekolah, dan bagian pengajaran yang menangani kelancaran dan pengembangan kurikulum/program pendidikan dan pengajaran.
Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang tugas yang ditangani secara khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari sekolah lanjutan. Ciri khas perguruan tinggi di Indonesia yang mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat memungkinkan perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga semakin bervariasi susunan organisasinya.
Lain halnya dengan sekolah lanjutan, biasanya tersedia satu orang tenaga konselor atau pembimbing dengan tugas pokoknya sebagai pembimbing. Karena itu biasanya di sekolah lanjutan dalan struktur organisasinya kita dapati seksi GC (Guidance and Conseling/ seksi bimbingan penyuluhan). Masih banyak bidang-bidang lain yang ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi tidak demikian pada sekolah dasar, misalnya masalah Organisasi Intara Sekolah (OSIS), penggarapan majalah dinding, pengelolaan perpustakaan sekolah, dan bagian pengajaran yang menangani kelancaran dan pengembangan kurikulum/program pendidikan dan pengajaran.
Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang tugas yang ditangani secara khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari sekolah lanjutan. Ciri khas perguruan tinggi di Indonesia yang mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat memungkinkan perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga semakin bervariasi susunan organisasinya.
b. Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolah, kita membedakan
ada sekolah umum dan sekolah kejuruan. Sekolah umum adalah sekolah-sekolah yang
program pendidikannya bersifat umum dan bertujuan utam untuk melajutkan studi
ketingkat yang lebih tinggi lagi. Sedangkan yang dimaksud sekolah kejuruan
adalah sekolah-sekolah yang pendidikannya mengarah kepada pemberian bekal
kecakapan atau keterampilan khusus setelah selesai studinya, anak didik dapat
langsung memasuki dunia kerja dalam masyrakat.
Dengan melihat perbedaan program
pendidikan (kurikulum dan tujuan) yang hendak dicapai maka struktur organisasi
sekolah yang berlainan jenis tersebut pasti berlainan pula. Perbedaan
organisasi ini mungkin dapat digambarkan antara lain sebagai berikut :
Pada sekolah kejuruan terdapat petugas
(koordinator) praktikum, sedangkan pada sekolah umum tidak.
Pada sekolah kejuruan terdapat petugas
bagian ketenaga kerjaan penempatan alumni, sedangkan pada sekolah umum tidak.
c. Besar Kecilnya Sekolah
Sekolah yang besar tentulah memiliki
jumlah mirid, jumlah kelas, jumlah tenaga guru, dan karyawan serta fasilitas
yang memadai. Sekolah yang kecil adalah sekolah yang cukup memenuhi syarat
minimal dari ketentuan yang berlaku.
Tipe sekolah secara implisit menunjukkan
besar kecilnya sekolah yang bersangkutan. Dengan begitu akan mempengaruhi
penyusunan struktur organisasi sekolah karena makin besar jumlah murid tentu
saja semakin beraneka ragam kegiatan yang dapat dilakukan baik yang bersifat
kurikuler maupun kegiatan-kegiatan penunjang pendidikan.
d. Letak dan Lingkungan Sekolah
Letak sebuah sekolah dasar yang ada di
daerah pedesaan aan mempengaruhi kegiatan sekolah tersebut, berbeda dengan
sekolah dasar yang ada di kota, demikian pula sekolah lanjutan pertama yang
kini mulai didirikan hampir di setiap daerah kecamatan, kegiatan dan programnya
tentulah berbeda dengan sekolah-sekolah lanjutan di kota apalagi di kota besar.
Ada kecenderungan yang nyata, bahwa sekolah-sekolah di pedesaan lebih
berintegrasi dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini berakibat pula ada hubungan
yang lebih akrab diantara orang tua murid dengan sekolah.
Dari segi keadaan lingkungan atau masyarakat
sekitar sekolah mungkin ada dalam lingkungan masyarakat petani, masyrakat
nelayan, masyarakat buruh, masyarakat pegawai negeri, dan lain-lain. Perhatikan
kelompok masyarakat yang berbeda ini terhadap dunia pendidikan bagi anak-anak
mereka di sekolah pasti menunjukkan berbagai variasi perbedaan. Oleh karenanya
dalam penyusunan struktur organisasi sekolah, hal-hal tersebut perlu
diperhatikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar