03. PENYESALAN
Angin malam berhembus kencang menerjang lapisan kulit setiap insan yang
merasakan meski rembulan tampil dengan bulat sempurna meski
bintang-bintang terang benderang menghiasi malam, namun pemandangan
tersebut tak turut menghibur hati Jono yang sedang padam bagai tersiram air yang
deras.
Jono adalah seorang pria yang sedang berkepala lima
akan tetapi satu persatu anaknya pergi meninggalkan Jono dan istrinya, mereka
tidak tahan dengan kondisi ekonomi keluarganya.
Jono termenung tak
berdaya, pandangannya kosong yang di pikirnya hanya satu bagaimana ia
mendapatkan uang dan tidur pulas di rumah bersama Tini istrinya dan Riko
anaknya yang masih tersisa, ia tak berani pulang ke rumah dengan tangan hampa
sebab jika pulang ia hanya mendapatkan cacian dari sang istri bahkan ia di
suruh tidur di luar rumah, sebenarnya Jono tak tahan lagi atas perlakuan Tini,
namun apa daya nasi telah menjadi bubur padahal sejak masih menjadi kekasihnya
,Ibu Jono melarang Jono berhubungan dengan Tini,Ibu Jono tidak suka dengan
sikap Tini yang sombong dan tak sopan itu akan tetapi Jono memperdulikannya, ia
hanya ingin menikah dan membangun keluarga baru bersama istrinya yang cantik
yaitu Tini dan kini hanya ada penyesalan yang mendalam yang di rasakan seorang
pria yang selalu memakai kaca mata minues, selain hidupnya sengsara,ia
pun sudah di coret dalam buku harta warisan orang tuanya,bahkan ia menikah
tanpa restu dan kehadiran sang Ibu yang dulu di sayangnya.
Dua jam berlalu, Jono
masih dalam posisinya, duduk dan memandangi bintang di langit berharap bintang
itu jatuh kemudian ia dapat berdoa agar seseorang dapat membantu
kesusahannya.Dua jam yang tak sia-sia tiba-tiba benda asing jatuh dari
langit,melihat peristiwa tersebut sontak membuat Jono terkejut, ia beranggapan
bahwa benda asing itu adalah sebuah bintang yang jatuh dari angkasa,tanpa pikir
panjang Jono segera memanjatkan doanya.
“wahai bintang yang jatuh bantu lah aku dari kesusahan ini, berilah jalan
keluar untuk ku”,harapannya yang keluar dari mulut manisnya, meski ia masih
percaya dengan Tuhan.
Selang beberapa menit, suara handphone yang
di ikat kuat menggunakan gelang karet di permukaannya berbunyi dengan nada yang
beraturan, senyum lebar terpasang di bibirnya namun memori otaknya masih
mengingat istri dan anaknya.
“semoga saja ini berita baik untuk ku”,ucapnya dalam hati.
Tangan kanannya yang semula memegang permukaan kursi
kini beranjak naik merangkul benda kotak kecil itu di saku bajunya, sebuah
pesan singkat dari seseorang yang tak asing dipikirannya.
JONO TOLONG PULANG KE RUMAH, IBU MU SAKIT PARAH
Melihat pesan tersebut ekpresi wajahnya mendadak
berubah,aliran darahnhya seakan-akan tak mau mengalir,jantung terasa teriris
belati tajam,tak terasa butir-butir air mata menetes,menetes,dan terus menetes
hingga kini ia di banjiri tangisan,doanya yang sudah ia ucapkan berbalik
menjadi bumerang untuk hidupnya.
“wahai bintang !,mengapa kau kabulkan doa yang bukan aku harapkan,mengapa kau
tega kepada ku?,menambah beban di hidup ku”,protesnya seraya membentangkan
kedua tangannya,wajahnya menatap ke atas langit memberi ekpresi kesal, seolah
tak terima dengan berita buruk yang telah ia dapatkan.
Derai air mata yang
pada saat itu terus mengalir membasahi pipinya,mengingatkannya saat ia membuat
segores luka di hati ibu nya, mendorong sang ibu hingga terjatuh dan akhirnya
Ayah mengusirnya bersama istrinya,mungkinkah ini balasan untuk ku ?, ataukah
buah dari perbuatan ku selama ini kepada Ibu,pikirnya dalam hati.
Akhirnya ia bergegas menuju rumah orang tuanya yang
sangat membutuhkan kehadirannya,ia tak peduli nanti jika ibu nya tak menerima
kedatangannya,asalkan ia bisa bertemu dengan ibu,dan ibu nya lah saja.
Sepeda besi berkarat
yang setia menemani kemana Jono pergi itu di kayuhnya,berkilo-kilo meter jarak
yang ia tempuh,keringat terus mengguyur seluruh tubuhnya,lelah pun di rasakan
oleh seorang anak yang merindukan sosok ibu, namun semua itu terbayar ketika
ban kendaraan tak bermesin itu berhenti tepat di sebuah rumah yang sangat
megah, rumah itu milik keluarga besar KURNIAWAN, rumah yang menemaninya hampir
dua puluh tahun,pintu gerbang yang biasa ia lewati menuju rumah, ayunan yang
sejak kecil ia pakai untuk bermain, kursi bercat putih yang tidak berubah
tampilannya yang dulu ia pakai untuk sekedar duduk-duduk saja, kini membawanya
ke dunia masa lalu, masa lalu yang indah dimana ia selalu di peluk oleh
ibu,dimana ibu dan ayahnya selalu memberi senyuman indah untuknya.Dari balik
pintu terlihat sosok manusia yang berbadan gemuk,berkaca mata,dan berambut
pelontos melemparkan satu senyuman manis tepat mengenai Jono.
“Ono kesini lah nak, ayah dan ibu merindukanmu”,rayu sang ayah seraya
membentangkan tangannya berharap sang anak memeluk dirinya.
“ayah,maafkan jono, jono menyesal telah berbuat seperti ini”,balasnya
dengan nada yang tak jelas akibat isak tangis yang memburu kemudian memeluk
tubuh ayahnya.
“sudahlah jono jangan kau sesalkan perbuatan mu dulu karena itu sudah ayah
lupakan,ayah dan ibu sudah memaafkan mu, ayah dan ibu juga meminta maaf karena
sudah mengusir mu”,jawab ayah seraya mengelus punggungnya.
Perbincangan ayah dan anak tersebut terdengar oleh
seorang wanita tua yang tertutupi oleh uban di rambutnya.
“ayah di luar ada siapa ?”,tanya ibu dengan suara serak sesekali ia batuk.
Pandangan Jono tertuju ke arah Ayah, setelah
pandangannya dan pendengarannya mengarah ke pintu rumah.
“itu ibu nak,ayo lah masuk ke dalam, bertemu lah dengan ibu mu, ibu sangat
merindukan mu”,ajak sang ayah kepadanya
“nanti saja yah, Jono belum siap untuk bertemu ibu, mungkin besok Jono datang
bersama keluarga”,ujar Jono seraya memegang tangan ayah.
“baiklah,ayah mengerti ya sudah pulanglah nak,istri dan anak-anak mu mungkin
mengkhawatirkan mu”,ucap ayah memberi satu lagi senyuman manis.
Akhirnya Jono pulang
dan kembali ke rumahnya dengan rasa senang,tenang dan nyaman meski Jono masih
belum bertemu dengan ibunya setidaknya ayah masih menyambutnya dengan ramah.
Ditengah perjalanan ia dikejutkan dengan temuan benda asing, benda asing yang
berbentuk botol itu memaksa ban sepeda jono berhenti untuk kedua kalinya, rasa
ingin tau nya muncul dipegangnya botol itu oleh jono kemudian penutup botol itu
terbuka ketika jono memaksakan tangannya untuk membuka, tiba-tiba dari botol
itu keluar asap tebal yang menutupi seluruh pandangannya, namun ketika asap itu
sedikit demi sedikit menghilang pandangan jono tertuju pada sosok orang yang
berpostur tinggi jenggotnya dipenuhi uban penampilannya pun sangat
membingungkan
jono.
“siapa kau!.”ujar jono mengangkat telunjuknya kearah orang asing itu.
“hahaha...,aku adalah jin dari timur tengah, karena tuan telah menyelamatkan
hamba, hamba beri satu permintaan, apa saja yang tuan minta hamba akan
kabulkan, hahaha... .”jawab jin itu puas.
Mendengar penjelasan jin, jono seolah tak percaya
namun apa salahnya jika mencoba, pikirnya.
“baiklah jika kau bisa kabulkan permintaan ku aku akan percaya padamu jika
tidak kau berarti hanya seorang pembual.”
“memang apa permintaan mu wahai tuan ku?.”
“aku ingin kembali ke dua puluh tahun lalu itu saja permintaan ku wahai mahluk
halus.”
“Wahai tuan ku !, maaf kan aku jika aku lancang, aku hanya ingin tahu dibalik
permintaan mu itu, sungguh aku tak mengetahui maksud permintaan mu.”
“wahai jin !,jika kau kabulkan permintaan ku nanti, di masa lalu itu aku ingin
berubah dan lebih menghargai kedua orang tua ku termasuk ibuku.”
Mendengar jawaban jono, jin itu menangis dan
akhirnya permintaan jono itu dikabulkan olehnya dengan memberi satu pesan
kepada jono.
SESUNGGUHNYA PENYESALAN ITU AKAN DATANG SETELAH KITA BERBUAT SATU
KESALAHAN, MAKA JANGAN LAH MELAKUKAN KEMBALI KESALAHAN ITU KARENA JIKA
MELAKUKAN KEMBALI BERSIAPLAH UNTUK MENGHADAPI PENYESALAN.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar